cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013" : 20 Documents clear
PENGARUH KEGIATAN KOMERSIAL TERHADAP FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH DI KORIDOR JALAN MALIOBORO YOGYAKARTA Cipto Murti; Holi Bina Wijaya
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1268.103 KB)

Abstract

Koridor Jalan Malioboro merupakan bagian dari fungsi bangunan bersejarah yang memiliki fungsi komersial. Sebagai bagian dari fungsi bangunan bersejarah, sudah seharusnya bangunan bersejarah yang ada di sepanjang Jalan Malioboro dijaga kelestariannya. Tuntutan komersial yang bertentangan menimbulkan masalah terhadap penampilan visual kawasan di kedua sisi jalan. Fungsi bangunan bersejarah merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi perlahan menggeser keaslian budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring perkembangan kota tersebut. Salah satu fungsi bangunan bersejarah yang merupakan aset penting kota Yogyakarta dan selalu mengalami perkembangan adalah sepanjang jalan Malioboro. Jalan tersebut merupakan urat nadi kota Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini yang merupakan simbol atau penanda perkembangan bagi kota Yogyakarta namun telah mengalami banyak perubahan. Malioboro saat ini menunjukkan kemajuan dan perubahan lebih modern secara fisik. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan komersial terhadap bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro. Perkembangan zaman membawa pengaruh terhadap perkembangan dan perubahan fisik bangunan, sehingga untuk mengusahakan upaya manajemen pelestarian berkelanjutan dan bangunan di Malioboro terlebih dahulu menemukan permasalahan yang ada dan perubahan fisik yang terjadi pada bangunan-bangunan bersejarah di koridor jalan Malioboro. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan teknik analisis berupa deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis penelusuran sejarah dan perkembangan kawasan, analisis perubahan fungsi kawasan karena pengaruh kegiatan komersial di sepanjang Jalan Malioboro. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan data primer yaitu berupa wawancara dan observasi lapangan serta data sekunder berupa kajian literatur dan survei instansi. Metode penarikan sampel untuk masyarakat dengan menggunakan teknik sampling. Diketahui adanya pengaruh kegiatan komersial terhadap fungsi bangunan bersejarah dan telah terjadi perubahan fungsi bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro seiring perkembangan zaman. Pengaruh kegiatan komersial dan perubahan fungsi yang terjadi dikelompokkan menjadi beberapa karakteristik berdasarkan indikator yang disusun pada variabel fungsi karena munculnya kegiatan komersial yang bersifat modern. Dengan temuan tersebut, dapat disimpulkan adanya pengaruh kegiatan komersial terhadap fungsi bangunan bersejarah dan telah terjadi perubahan fungsi pada bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro yang seharusnya dilestarikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya pelestarian berkelanjutan yang nyata terkait pemeliharaan dan pengelolaan bangunan bersejarah tersebut agar tidak menghilangkan keaslian nilai bangunannya. Selain itu juga ditentukan jenis kegiatan pelestarian yang tepat untuk masing-masing bangunan bersejarah sesuai dengan permasalahan perubahan yang terjadi pada tiap bangunan tersebut.
KECUKUPAN VEGETASI DI JALAN MT.HARYONO KOTA SEMARANG BERDASARKAN OPINI PENGGUNA JALAN Anif Rahman; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1231.842 KB)

Abstract

Berbagai perubahan kondisi lingkungan dapat berpengaruh buruk terhadap manusia. Berbagai bentuk perusakan lingkungan, seperti pencemaran udara merupakan hal yang sangat sering kita temui. Seperti kepadatan kendaraan saat ini, kepadatan kendaraan bermotor makin hari kian meningkat, jika tidak diimbangi dengan penghijauan yang mendukung, maka hal ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi lingkungan sekitar. Ruang terbuka pada dasarnya menjadi sebuah kebutuhan penting bagi suatu kota maupun wilayah. Upaya penyediaannya dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Ruang terbuka tersebut dapat berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non-Hijau. Sebagaimana yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Jalan MT.Haryono merupakan salah satu jalan utama di pusat Kota Semarang namun pada jalan ini tidak diimbangi dengan pemerataan jalur hijau jalan. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan vegetasi jalur hijau yang terdapat di jalan MT.Haryono berdasarkan opini atau persepsi pengguna jalan. Hal ini dapat ditinjau dari kenyamanan pengguna jalan yang beraktifitas di sepanjang koridor jalan tersebut. Wialyah studi penelitian ini  terdapat di koridor Jalan MT.HaryonoSecara garis besar, vegetasi yang ada di Jl MT Haryono sudah sesuai dengan Pedoman RTH Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari ketinggian yang sama dan seragam, daun padat, tajuk cukup rindang dan kompak, batang tegak kuat, tidak mudah patah, batang dan sistem percabangannya kuat, dan jenis tanamannya merupakan tanaman golongan evergreen.Berdasarkan opini pengguna jalan  menunjukkan bahwa pengguna jalan menilai positif terhadap kondisi dan keberadaan vegetasi di Jalan MT Haryono.Secara keseluruhan, pengunjung juga menilai bahwa kondisi vegetasi di Jalan MT Haryono teratur dan nyaman karena sebanyak 37% responden mengatakan teratur dan nyaman, sebanyak 27% mengatakan tidak nyaman tapi teratur, sebanyak 22% mengatakan nyaman tapi tidak teratur, dan sisanya sebanyak 14% mengatakan tidak nyaman dan tidak teratur.
KEGIATAN KOPI SEMAWIS PADA RUANG PUBLIK DI KAWASAN PECINAN SEMARANG Y. Wiwik; Rina Kurniati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1067.737 KB)

Abstract

Kawasan Pecinan merupakan salah satu kawasan bersejarah di Kota Semarang yang memiliki sejarah panjang dengan tradisi yang telah berkembang dan dilakukan secara turun temurun. Sebagian besar dari tradisi tersebut masih dijalankan, hal ini membuktikan bahwa Kawasan Pecinan merupakan kawasan yang kaya akan Living Heritage (Suara Merdeka, 4 Februari 2005). Oleh karena itu diperlukan adanya pelestarian budaya supaya keberadaan Pecinan tidak hilang. Hal ini menarik perhatian beberapa pihak untuk lebih mengembangkan kawasan Pecinan seperti kelompok Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Kelompok ini berusaha untuk melakukan revitalisasi terhadap kawasan Pecinan. Revitalisasi ini dilakukan dengan melakukan berbagai macam kegiatan dan kegiatan ini dilakukan diruang publik. Hal ini ternyata menimbulkan dampak atau permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya kegiatan Kopi Semawis yang berdampak pada aktivitas masyarakat ini perlu dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui apa persepsi dan preferensi masyarakat  terhadap kegiatan-kegiatan Kopi Semawis di kawasan Pecinan, pemanfaatan ruang publik dan kegiatan Kopi Semawis diruang publik. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan distribusi frekuensi. Nantinya metode tersebut digunakan sebagai alat untuk mengetahui preferensi masyarakat terkait dengan pemanfaatan ruang publik sebagai lokasi kegiatan. Adapun hasil dari analisis ini adalah: peningkatan partisipasi masyarakat dan perbaikan manajemen pelaksanaan kegiatan kopi semawis; perbaikan kondisi sarana prasarana; perbaikan dan penambahan elemen pendukung seperti papan penunjuk arah serta lampu jalan; pemaksimalan penggunaan ruang publik dikawasan Pecinan dengan melakukan pengaturan lalu lintas, penyediaan lahan parkir, penataan PKL dan pengoptimalan kawasan waterfront.
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN Mitra Satria; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1170.124 KB)

Abstract

Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah tujuan kaum urban untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk  yang cukup signifikan dan berpengaruh terhadap penggunaan lahan di pusat kota yang terbatas sehingga kawasan pinggiran seperti Kota Semarang bagian selatan menjadi pilihan untuk lokasi bermukim. Hal ini disebabkan adanya perguruan tinggi yang banyak mendatangkan penduduk dari luar Kota Semarang baik mahasiswa maupun pedagang serta fasilitas penunjang yang sudah lengkap. Selain itu, kawasan ini juga dilalui jalur utama Semarang, Yogyakarta dan Solo yang membuat kawasan ini semakin ramai karena akses yang mudah dijangkau. Tingkat kesesuaian lahan permukiman yang berkembang di wilayah studi menjadikan permasalahan yang menarik sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan perkembangan permukiman di wilayah studi mengalami peningkatan, yang pada tahun 1999 adalah lahan non permukiman berubah menjadi  lahan permukiman pada tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman di Kota Semarang bagian selatan. Dari hasil analisis dapat diketahui persentase kawasan untuk permukiman di Kota Semarang bagian selatan yang sangat sesuai seluas 3987,7 Ha (29,8%), sesuai 2265,5 Ha (16,9%), kurang sesuai 321,5 Ha (2,4%) dan tidak sesuai 6812,3 Ha (50,9%). Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman eksisting (Tahun 2009) diketahui bahwa terdapat lahan permukiman yang berada pada kawasan lindung lokal seluas 293,6 Ha dan pada kawasan penyangga seluas 1735,5 Ha. Sedangkan hasil evaluasi yang ditinjau dari perubahan penggunaan lahan periode tahun 1999-2009 diketahui bahwa terdapat lahan permukiman yang berada di kawasan lindung lokal seluas 87,6 Ha dan di kawasan penyangga seluas 738,5 Ha. Oleh karena itu, perlu aturan yang tegas dalam hal permukiman terutama yang berada dikawasan tidak sesuai untuk permukiman.
PENGARUH PROGRAM DESA VOKASI TERHADAP PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA KOPENG KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Dinar Ayuningrum; Santy Paulla Dewi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.959 KB)

Abstract

Desa Kopeng merupakan salah satu desa yang telah ditetapkan sebagai desa vokasi sejak tahun 2009. Desa vokasi merupakan kawasan pendidikan keterampilan vokasional yang dimaksudkan untuk mengembangkan sumberdaya manusia agar mampu menghasilkan produk/jasa atau karya lain yang bernilai ekonomi tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif dengan memanfaatkan potensi local yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal. Desa vokasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam hal perekonomiannya. Namun masih banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya dan pasca pelaksanaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian “bagaimanakah pengaruh program desa vokasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Desa Kopeng”. Adapun teknik analisis yang diigunakan berupa deskriptif untuk mengidentifikasi pelaksanaan program desa vokasi di Desa Kopeng, kemudian menganalisis potensi dan masalah program desa vokasi di Desa Kopeng, dan menganalisis pengaruh program desa vokasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Desa Kopeng, serta analisis kompartif untuk menganalisis karakteristik ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah dilaksanakannya program.Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa program desa vokasi telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan perekonomian masyarakat namun pengaruh tersebut tidak mencakup seluruh masyarakat. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti kurangnya modal, keterbatasan keterampilan serta sarana dan prasarana yang ada, serta tidak adanya bantuan modal dan pendampingan pasca program dilaksanakan. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan dari Dinas-Dinas yang terkait dengan Pemerintahan Desa dalam membantu masyarakat untuk bisa berusaha pasca pelaksanaan program dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri agar menjadi lebih baik.
KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI SUWUK KABUPATEN KEBUMEN DITINJAU DARI SEGI PENGELOLAAN DAN PEMASARANNYA Desi Nugraheni; Fitri Yusman
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.739 KB)

Abstract

Pantai Suwuk adalah salah satu pantai di Kabupaten Kebumen yang terletak di Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa dimana jalan ini diproyeksikan sebagai jalur arteri nasional yang menghubungkan kota-kota di Pulau Jawa bagian pesisir pantai selatan. Kondisi alam Pantai Suwuk yang menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Melihat potensi ini pemerintah memfokuskan untuk melakukan pengembangan kawasan wisata Pantai Suwuk ini. Pengembangan ini dilakukan untuk menarik banyak wisatawan sehingga dapat menambah pendapatan daerah Kabupaten Kebumen. Dari uraian tersebut muncul pertanyaan penelitian mengenai bagaimana strategi pemerintah Kabupaten Kebumen dalam mengembangkan kawasan Wisata Pantai Suwuk sebagai daya tarik wisatawan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, kuesioner, wawancara, dan telaah dokumen. Narasumber dalam penelitian ini adalah Dinas Pariwisata, Pengelola Pantai Suwuk, Pengunjung, dan Penyedia Jasa. Teknik sampling yang digunakan yaitu Accidental Sampling dan Purposive Sampling dengan jumlah sampel 32 orang untuk pengunjung dan 22 orang untuk penyedia jasa.Temuan studi yang didapat dari penelitian ini adalah mengenai pengelolaan dan pemasaran Pantai Suwuk. Dari hasil kuesioner, 61% responden mengatakan bahwa pengelolaan Pantai Suwuk sudah baik, namun 7% diantaranya mengatakan masih ada kekurangan. Untuk keterlibatan pemerintah, 59% responden mengatakan pemerintah sudah melakukan pengelolaan dengan baik, sedangkan 37% lainnya mengatakan pemerintah belum melakukan pengelolaan dengan baik. Kurangnya pengelolaan tertuju pada penyediaan sarana prasarana yang belum maksimal terutama masalah persampahan. Area kebun binatang mini juga terlihat kotor dan ada sebagian kandang hewan yang sudah rusak. Selain itu Gazebo yang ada di kawasan Pantai Suwuk juga kurang menarik dan letaknya kurang strategis.Konsep pemasaran Pantai Suwuk masih kurang maksimal karena dari hasil kuesioner, 53% responden menyatakan bahwa Pantai Suwuk belum dipromosikan dengan baik. Hal ini karena responden tersebut belum pernah mendapatkan informasi tentang Pantai Suwuk baik dari media ceta maupun media elektronik.
PERAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI PODOSUGIH, KOTA PEKALONGAN Indah Dwi Lestari; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1282.635 KB)

Abstract

Permasalahan kemiskinan dan  lingkungan permukiman kumuh di kota menyangkut banyak aspek yang mengikutinya. Konsep yang sesuai untuk mengatasi masalah seperti di atas yaitu menggunakan kosep pemberdayaan masyarakat  misalnya dengan dibentuk Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Kegagalan program pemerintah yang ada saat ini sering disebabkan tidak diberdayakannya masyarakat dalam pelaksanaan program. Pelibatan masyarakat dari perencanaan sampai pembangunan mampu menumbuhkan rasa memiliki terhadap lingkungan. Namun, kajian mengenai peran lembaga lokal yang bersifat swadaya seperti BKM masih jarang dilakukan. Penelitian yang ada cenderung melihat dari segi pemerintahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penting, yaitu “apa peran kelompok BKM Kelurahan Podosugih dalam kaitannya dengan penanganan masalah permukiman kumuh Kota Pekalongan?” Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu dengan menentukan fokus penelitian/proposisi penelitian kemudian menyusun perangkat penelitian berupa form wawancara kepada narasumber. Penelitian ini menghasilkan suatu pemahaman yang baik terhadap peran BKM dalam menangani masalah slum dan rekomendasi bagi peningkatan kinerja serta inspirasi bagi daerah lain untuk kesuksesan dalam penanganan masalah yang sama. Di antara temuan penting mengenai peran kelompok BKM dalam penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Podosugih adalah dalam mendorong perubahan sikap dari masyarakat yang menjadi peduli terhadap lingkungan. Kepedulian tumbuh karena ada pelibatan masyarakat dari penyusunan program hingga pelaksanaan sehingga mereka merasa memiliki dan wajib memelihara hasil pembangunan untuk generasi yang akan. Temuan lain dari penelitian yaitu, untuk mengatasi masalah lingkungan permukiman kumuh yang ada, BKM tidak melakukan peningkatan kemampuan dalam bidang teknis pengelolaan lingkungan seperti pembuatan peta atau pelatihan software lainnya, melainkan pelatihan peningkatan ekonomi dan kohesi sosial masyarakat. Keberhasilan kinerja BKM ini hendaknya menjadi contoh yang dapat ditiru oleh daerah lain. Namun, suatu pembangunan yang melibatkan masyarakat dapat dikatakan berhasil sepenuhnya jika ada keberlanjutan finansial dari masyarakat sendiri tanpa bantuan pemerintah. Indikasi menunjukkan bahwa prospek keberlanjutan finansial dalam perbaikan kumuh di Podosugih masih belum baik.Karenanya, aspek keberlanjutan finansial merupakan salah satu rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.
TIPOLOGI KERENTANAN PERMUKIMAN KUMUH KAWASAN PESISIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DI KOTA TEGAL Marina Ayu Wulandari; Sunarti .
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.413 KB)

Abstract

Kota Tegal merupakan salah satu kota yang sebagian wilayahnya merupakan kawasan permukiman kumuh pesisir. Kawasan tersebut dihuni oleh masyarakata yang mayoritas mata pencahariannya bergantung pada laut. Tidak jarang, di kawasan tersebut mengalami kenaikan permukaan air laut dan masuknya air laut ke daratan (rob). Masyarakat hanya mempunyai kapasitas yang relatif minim untuk mengelola risiko secara fisik dan finansial, serta dalam membuat keputusan adaptasi jangka panjang. Ini menunjukkan bahwa kawasan pesisir Kota Tegal merupakan kawasan yang cukup rawan dan rentan terhadap bahaya, seperti bahaya alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim.Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tipologi kerentanan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Tegal. Hal ini bertujuan untuk merumuskan bentuk-bentuk kerentanan permukiman kumuh di kawasan pesisir, berdasarkan aspek fisik dengan keterkatitan respon sosial masyarakat. Penelitian ini akan mengambil fokus wilayah studi di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat dan Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur yang memiliki berbagai isu permasalahan permukiman. Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yang dilakukan dengan melakukan studi literatur, observasi lapangan, sampling kuisioner,serta wawancara kepada beberapa instansi terkait dan tokoh masyarakat dilingkungan tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah variasi tipologi kerentanan permukiman kumuh pesisir terhadap perubahan iklim. Berdasarkan karakteristik permukiman kumuh dan kerentanan bahaya perubahan iklim pada permukiman, maka dihasilkan empat tipe permukiman kumuh, yaitu tipe permukiman kumuh rentan tinggi genangan rob dari sungai, tipe permukiman kumuh rentan persebaran genangan rob dari aliran bawah tanah, tipe permukiman kumuh rentan tinggi dan lama genangan rob dari saluran outfall pantai, dan tipe permukiman kumuh rentan persebaran genangan rob dari saluran drainase lingkungan. Tipologi kerentanan permukiman kumuh ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan, khususnya Pemerintah Kota Tegal serta masyarakat setempat dalam melakukan penanganan permukiman kumuh pada masing-masing kawasan terkait dengan dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini.
PERGESERAN FUNGSI RUMAH DI KAMPUNG KAUMAN SEMARANG Amierul Hapsari; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.998 KB)

Abstract

Semarang sebagai ibukota provinsi, menjadikan Kota Semarang sebagai salah satu tujuan urbanisasi di Pulau Jawa. Semakin meningkatnya arus urbanisasi memaksa Kota Semarang untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Kondisi ini secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan ruang, dimana hal tersebut akan mempengaruhi terjadinya pergeseran fungsi lahan. Semakin tingginya arus urbanisasi yang terjadi di kota Semarang juga mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan rumah menjadi tinggi. Rumah bukan merupakan suatu bentuk fisik yang sekali jadi melainkan suatu bentuk fisik yang terus menerus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan penghuninya itu sendiri. Pada dasarnya, rumah merupakan suatu tempat dimana manusia berlindung dari segala cuaca dan tempat manusia melakukan interaksi dengan keluarganya. Namun seiring dengan perkembangannya, banyak rumah yang tidak hanya difungsikan sebagai tempat tinggal (place of living), tetapi difungsikan sebagai tempat usaha (place of provit making). Kampung Kauman adalah salah satu kawasan yang banyak dijadikan sebagai tempat tinggal oleh para pendatang tersebut dan di kawasan ini banyak masyarakat yang memfungsikan rumahnya sebagai tempat usaha (place of profit making). Saat ini, Kampung Kauman sudah memperlihatkan adanya aktivitas perdagangan di lingkungan permukiman yang dipengaruhi oleh keberadaan Pasar Johar. Terbukti dari masyarakat Kampung Kauman yang memanfaatkan rumahnya untuk aktivitas perdagangan dan jasa. Hal ini memicu terjadinya pergeseran fungsi rumah dari fungsi tempat tinggal menjadi fungsi ganda yaitu tempat tinggal dan perdagangan. Bahkan ada beberapa diantaranya yang merubah rumahnya menjadi fungsi perdagangan. Berdasarkan hal tersebut,  maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui alasan masyarakat dalam melakukan pergeseran fungsi rumah dan untuk mengetahui faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi pergeseran fungsi rumah yang terjadi di Kampung Kauman. untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka metode pendekatan studi yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan alat analisis yang digunakan adalah analisis crosstab (tabulasi silang). Masyarakat di Kampung Kauman yang melakukan pergeseran fungsi rumah dipengaruhi oleh letak Kampung Kauman yang strategis dimana perkembangan kawasan tersebut tidak terlepas dari perkembangan Pasar Johar yang berdekatan dengan Kampung Kauman. Seperti diketahui bahwa Pasar Johar adalah kawasan dengan beragam aktivitas dimana hal tersebut menyebabkan pesatnya perkembangan pasar dan kawasan sekitarnya termasuk Kauman. Faktor lain yang mempengaruhi masyakarat dalam melakukan pergeseran fungsi rumah adalah faktor lama tinggal dan status kepemilikan rumah. Lama tinggal menjadi faktor yang mempengaruhi karena mayoritas masyarakat yang tinggal di Kampung Kauman selama lebih dari 20 tahun dapat melihat perkembangan Kauman dan peluang yang baik dalam membuka usaha di kawasan tersebut. Sementara faktor status kepemilikan rumah juga menjadi faktor karena masyarakat yang memiliki rumah sendiri akan lebih leluasa melakukan perubahan fungsi pada rumahnya. Dari hasil analsisi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran fungsi rumah, diketahui mayoritas masyarakat mengukapkan alasan mereka melakukan pergeseran fungsi rumah yaitu untuk menambah tempat usaha.
PENILAIAN KEBERLANJUTAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN BUGANGAN KOTA SEMARANG Intan Puspita Widodo; Nany Yuliastuti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.269 KB)

Abstract

Kawasan di perkotaan dewasa ini berkembang menjadi kawasan yang memiliki berbagai fungsi sekaligus yang dikenal dengan sebutan mixed used area. Seperti halnya Kecamatan Semarang Timur yang merupakan salah satu kecamatan di Kota Semarang yang terletak dipusat kota. Dengan posisinya yang strategis, maka selain sektor permukiman, terdapat sektor lapangan usaha yang berkembang di kecamatan ini yaitu sektor industri, perdagangan dan jasa. Selain itu, Kecamatan Semarang Timur khususnya Kelurahan Bugangan dan Jl. Barito memang diperuntukkan bagi penggunaan lahan usaha. Pengembangan IKM menurut RDTRK dipusatkan pada Kelurahan Bugangan dan sepanjang Jalan Barito, dimana Kelurahan Bugangan terkenal sebagai Sentra Industri Perkalengan. Berbagai potensi ini dapat dijadikan sebagai faktor pendukung dalam mewujudkan suatu permukiman yang berkelanjutan. Namun sangat disayangkan ternyata kawasan ini masih memiliki permasalahan permukiman, baik permasalahan yang terkait dengan kondisi prasarana dan sarana permukiman yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat keberlanjutan permukiman di Kelurahan Bugangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan dilakukan analisis terkait dengan ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana kawasan, analisis kualitas hunian di Kelurahan Bugangan, analisis keberlanjutan sosial masyarakat Kelurahan Bugangan serta analisis keberlanjutan ekonomi masyarakat Kelurahan Bugangan.Pendekatan secara umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis pembobotan, dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil didapat dari studi ini adalah diperolehnya nilai untuk tingkat keberlanjutan permukiman di Kelurahan Bugangan yang mana ternyata kawasan ini belum berkelanjutan. Hasil dari studi ini dapat digunakan sebagai arahan masyarakat dalam berperilaku di Kawasan Kelurahan Bugangan terhadap lingkungan tempat tinggal mereka, baik itu terhadap sarana umum, prasarana lingkungan maupun hubungan kekerabatan antar masyarakat.

Page 1 of 2 | Total Record : 20


Filter by Year

2013 2013